Los Tres Grandes: Tiga Pilar Gerakan Mural Meksiko

Dalam konteks pembentukan negara modern, mungkin hanya Meksiko yang secara eksplisit[1] menuangkan gagasan nasionalismenya melalui guratan mural yang kemudian dikenal sebagai gerakan mural Meksiko. Mural atau lukisan pada dinding sendiri sudah hadir bersamaan dengan lahirnya peradaban manusia: melekat pada dinding-dinding gua sejak puluhan ribu tahun, bersemayam di relung suci Ajanta, hingga fresco[2] terkenal abad renaissance, the Creation of Adam karya Michelangelo. Salah satu tradisi mural tertua ditemukan di Meksiko bersama peninggalan peradaban Olmec[3] (yang akan dibahas pada pembahasan berikutnya). Tradisi mural ini kemudian hadir kembali bersama penyebaran doktrin evangelis pada era kolonialisme. Mengingat peran sentral mural pada lanskap memori dan imajinasi masyarakat Meksiko, tidak aneh kiranya jika pemerintahan baru paska revolusi di bawah Alvaro Obregón, mengadopsi mural sebagai pendekatan untuk membangun visi kebangsaan Meksiko modern.

Gerakan mural Meksiko awalnya digagas oleh lingkaran seniman oposisi yang menentang kebijaan-kebijakan Porfirio Díaz, diktator yang mencengkram Meksiko selama 31 tahun (1884-1911). Walaupun komunitas seniman–yang digawangi oleh Alfonso Reyes, José Vasconcelos dan Antonio Curo–ini telah aktif sejak masa pemerintahan Diaz, namun geliatnya baru menemukan bentuk dan dukungan politik ketika perang revolusi berakhir pada 1920. Pada era inilah tiga pelukis Meksiko yang memiliki reputasi internasional menjadi bagian integral dalam gerakan yaitu Diego Rivera, José Clemente Orozco dan David Alfaro Siqueiros. Ketiganya kemudian dikenal sebagai Los Tres Grandes  (Big Three). Baik Rivera, Orozco ataupun Siqueiros memiliki alur karir tersendiri yang layak untuk diikuti: eksperimen Rivera bersinggungan dengan gaya cubism eropa, Orozco memiliki reputasi kuat pada aliran symbolism, sedangkan Siqueiros merupakan futurist yang pengaruhnya mampu melampaui tembok perbatasan angkuh sang negara adikuasa di sebelah utara. Di Meksiko sendiri hampir tidak ada ruang publik yang luput dari mural Los Tres Grandes–beragam narasi dimunculkan: mulai dari kisah-kisah revolusioner, bentang realita sosial, hingga visi Meksiko modern.

Namun, diantara berbagai tema yang diusung, terdapat satu tema penting yang sama-sama diangkat sekaligus diperdebatkan. Tema tersebut adalah indigenism[4], sebuah upaya bersama untuk memahami akar jatidiri bangsa. Dalam transisi pemerintahan Meksiko paska revolusi, indigenism memegang peranan penting sebagai narasi kebangsaan yang ditawarkan pemerintah Meksiko pada rakyatnya. Sehingga dengan sendirinya indigenism adalah esensi dari transformasi kebangsaan Meksiko kala itu. Namun permasalahan muncul karena ternyata ketiga pilar gerakan mural memiliki pandangan yang berbeda tentang indigenism; dimana satu menjadi antithesis lainnya. Rivera mengusung identitas Indian sebagai akar budaya, sehingga muralnya mengangkat kebesaran budaya pre-kolonial hingga pergulatan orang-orang Indian dan mestizo sebagai penggerak utama revolusi Meksiko. Orozco adalah kebalikannya, ia seorang hispanistas yang memandang difusi budaya Spanyol adalah vital bagi perkembangan Meksiko, sehingga pahlawan-pahlawan dalam mural karya Orozco memiliki kulit lebih terang dengan moralitas khas Eropa. Sedangan Siqueiros berbicara dalam bahasa tabib, menterjemahkan masa lalu untuk menerawang masa depan, dalam muralnya bertaburan tokoh mitos yang menaklukan permasalahan jaman: kolonialisme, perang, hingga kelaparan. Fakta menarik yang kemudian hadir adalah: hingga berakhirnya gerakan mural Meksiko di era 1940an, tidak pernah ada kesepahaman antara ketiganya, pun tidak pernah ada campur tangan pemerintah untuk memilih satu narasi yang paling sesuai. Alhasil, narasi kebangsaan bagi Meksiko hadir dalam visi yang multiinterpretasi.

Kini Los Tres Grandes dikenang sebagai tonggak seni Meksiko melalui (multiinterpretasi) visi mereka tentang indigienista. Pengaruhnya dapat dirasakan bukan hanya pada seni lukis tapi juga pada puisi, novel, musik hingga drama. Ketika dilepaskan dari kebutuhan praktis (elit politik Meksiko), semangat indiginesmo menggema diseantero Mesoamerika dan menciptakan kesadaran akan tradisi nenek moyang yang layak untuk kembali diapresiasi. Dalam perkembangannya, indiginesmo di Meksiko (atau dimanapun kesadaran serupa muncul), akan senantiasa menghasilkan sebuah rasa estetika yang khas, kontekstual namun juga universal.  

Tiga Pilar Gerakan Mural Meksiko

Diego Rivera – Aztec city of Tenochtitlán
Diego Rivera – El Mercado de Tlatelolco
Diego Rivera – Pan-American Unity
Diego Rivera – the Exploiters
Jose Clemente Orozco – Omnisciencia
Jose Clemente Orozco – the Great Mexican Revolutionary Law and the Freedom of Slaves
Jose Clemente Orozco – Prometheus
David Alfaro Siqueiros – the Revolution
David Alfaro Siqueiros – From the Dictatorship of Porfirio Diaz to the Revolution the People in Arms
David Alfaro Siqueiros – the Torment of Cuauhtemoc

Sumber Bacaan:
Anreus, R.A.G & Folgarait, L. (eds.). 2012. Mexican Muralism: A Critical History. Los Angeles: University of California Press.

Rodríguez, A. 1969. A History of Mexican Mural Painting. London: Thames & Hudson.

Keterangan:
[1] Pada dasarnya, penggunaan mural sebagai media propaganda politik adalah lajim adanya, terutama pada negara yang mengusung rejim komunisme seperti Uni Soviet atau Korea Utara saat ini (lihat Michael Palin in North Korea) dimana seni digunakan semata-mata untuk kepentingan politik. Namun, Meksiko paska revolusi (1920-1940) menyandingkan seni mural dan politik pada dimensi yang berbeda. Keberadaannya bukan sekedar poster propaganda masal atau simbol kekuasaan, tapi menyentuh akar identitas dan visi kebangsaan Meksiko. Gerak estetika pada tingkat ini juga ditemukan di Filipina, namun dalam bentuk yang lain yaitu pada novel  Noli Me Tángere karya Jose Rizal.

[2] Teknik melukis mural menggunakan plater basah pada dinding
[3] Salah satu peradaban Mesoamerica tertua pada kirasan 25.000 tahun sebelum masehi
[4] Indigenism mengacu pada kerangka nasionalisme yang dibangun atas identitas kelompok asli (indigenous)

Share on:

Leave a Comment