Terletak di jantung peradaban Asia, sejarah seni Afganistan memiliki katalog memukau. Persinggungannya bukan hanya dengan budaya Islam, tapi juga Buddhisme dan Helenisme–menghantarkan Afganistan menjadi bagian dari puncak peradaban seni klasik Asia, yang dikenal dengan sebutan Ghandara. Dalam beberapa tulisan ke depan, kekayaan seni Afganistan akan diulas dalam berbagai bentuknya–termasuk sastra, musik, juga seni pada masa klasik. Sebagai pembuka, aliran lukis Herat yang mengemuka pada abad 15 dapat dijadikan semacam teaser untuk penelusuran lebih lanjut. Herat, yang terletak di bagian barat Afganistan, merupakan ibukota bagi kekaisaran Timurid pada kisaran abad 15 hingga 16 Masehi. Alhasil, tidak aneh apabila Herat menjadi pusat pertemuan beragam bentuk seni–Persia, dan Tiongkok diantaranya. Pesatnya geliat seni di Herat melahirkan sebuah aliran seni lukis yang dikenal dengan sebutan د هرات د نقاشۍ ښوونځی (Herat School of Painting). Mengacu pada Wilkinson (1931) dan Zoghia, et al (2018), aliran seni Herat memiliki peran penting dalam pengembangan warna terang dalam lukisan miniatur dengan memasukkan gaya pewarnaan sebagaimana lukisan Cina. Gaya lukis Herat juga menjadi pelopor dalam penggunaan ikonografi dan ikonologi sebagai alusi lukisannya–tanpa melampaui prinsip-prinsip dalam seni Islam. Sebagai contoh adalah lukisan pertemuan Nabi Muhammad dengan Jibril ketika hendak melaksanakan Isra Mi’raj. Lukisan ini jelas merupakan bentuk ikonografi karena mengandung penokohan dan alur kejadian, namun prinsip penghormatan tetap dipegang teguh dengan cara pengaburan wajah Nabi Muhammad. Adapun tema lain yang kerap ditemukan dalam lukisan aliran Herat adalah ilustrasi sastra dan puisi–dengan contoh lukisan Laila Majnun dan beragam gubahan syair yang kemudian dituangkan dalam bentuk lukisan. Motif lain, seperti gaya arabesque dan visual simetris dari tumbuh-tumbuhan atau binatang–yang merupakan motif khas dalam khasanah seni lukis Islam–juga kerap hadir dalam gaya lukisan Herat. Gagasan tentang lukisan abstrak pun telah hadir dalam bentuk simbolisme sebagai pemaknaan subjektif atas alam semesta (Schmitz, 2007). Salah satu nama terkemuka dalam pengembangan gaya lukis Herat adalah Kamal ud-Din Behzad, pelukis istana yang juga memberikan pengaruh pada gaya lukis miniatur Persia dan Mughal. Berkembangnya gaya lukis Herat memang tidak lepas dari sokongan kekaisaran Timurid yang mendukung perkembangan beragam bentuk seni, khususnya lukisan. Dan sebagaimana kiblat seni pada umumnya, ketenaran Herat menjadikannya tujuan bagi para seniman dari berbagai daerah untuk memuaskan hasrat seninya. Kini, geliat seni Herat tinggal sejarah, namun kebesarannya tetap terekam dalam lembaran-lembaran muraqqa (lukisan miniatur) yang berhasil diselamatkan dari kehancuran sebuah peradaban.
Seni Afganistan (beberapa contoh Muraqqa Herat)
Sumber Gambar: Schmitz, B. 2007; Wikiart
Sumber Bacaan:
Schmitz, B. 2007. The Beginning of the Khurasānī School of Painting at Herat. Artibus Asiae, Vol. 67, No. 1: 75-93
Wilkinson, J. V. S. 1931. Fresh Light on the Herat Painters. The Burlington Magazine for Connoisseurs, Vol. 58, No. 335
Zoghia, N., Nora, M. R., Abdul Hamida, F. 2018. Islamic Patterns in Persian’s Herat School of Painting: A Study on Baysonghori Shahnameh. Research in Islamic Study. Vol. 5 No. 3: 65-74
kontak via editor@antimateri.com