

Sejarah Seni Afganistan (II): Musik Tradisi dan Nyanyian Rakyat
Musik dan nyanyian adalah gema dari sebuah peradaban. Penelusurannya senantiasa mengasyikkan karena didalamnya terekam beragam potongan sejarah–mulai dari terbentuknya sebuah
Musik dan nyanyian adalah gema dari sebuah peradaban. Penelusurannya senantiasa mengasyikkan karena didalamnya terekam beragam potongan sejarah–mulai dari terbentuknya sebuah
Penelusuran tema Nordik pada beberapa tulisan sebelumnya mengahantarkan pada lanskap–atau lebih tepatnya, soundscape–yang sayang jika dilewatkan, yaitu soundscape musik Nordik.
Pertemuan antara agama dan seni kerap menghadirkan bentuk estetika transenden yang terwujud dari dorongan rasa cinta kepada Sang Ilahi. Karya
Semula, ketika bermaksud menulis tentang musik Kuba, saya membayangkan sesuatu yang senada dengan artikel terkenal Robert Palmer di majalah Spin
Musik latin memiliki soundscape[1] beragam, mulai dari melodi Mariachi di teluk Meksiko, hentakan Tango di jalanan Buenos Aires, hingga alunan
Banyak yang dapat dilakukan di Paradisa, seperti misalnya pesta, atau kudeta. Keduanya ternyata terhubung oleh benang merah yang tak disangka-sangka:
Penemuan Giles Healey atas kuil mural Bonampak di tengah belantara Chiapas pada April 1946 (LIFE Magazine, 1949), telah memberi jalan
I never really got over that jolt of racism–Nina Simone Penolakan Curtis Institute of Music, Philadelphia atas aplikasi Eunice Kathleen
“Apa makna perjalanan bagi manusia? Kucing siam tidur di bawah purnama.” —Gurindam 12, Ahmad Yulden Erwin “Kau lihat, anakku, ke
Ibnu Khaldun, dalam Muqaddima (1377)–pada bab berjudul the craft of singing (and music)–mengisahkan keberadaan seorang musisi multitalenta bernama Ziryab yang