Horror Vacui dalam Tradisi Seni Islam

Horror vacui adalah sebuah persepsi penyangkalan (atau ketakutan) akan ruang kosong. Asal mulanya dapat dilacak pada pandangan Aristoteles yang habis-habisan menyangkal adanya ruang hampa (void/vacuum) pada alam semesta. Gagasan tersebut terangkum pada Physics IV,8, 216a26-7, ungkapnya: ‘even if we consider it on its own merits the so-called vacuum will be found to be really vacuous’–bahwa setiap ide tentang ruang kosong adalah omong kosong belaka (terj. Thorp, 1990). Nampaknya sang filsuf sangat tidak menyukai gagasan tentang void (dalam konteks fisika) dan ‘menderita penyangkalan tidak rasional dan keengganan untuk membahas apa pun terkait void (ruang hampa) hingga sebisa mungkin membantahnya’. Antipati berlebihan Aristoteles atas konsep ruang hampa inilah yang kemudian memunculkan istilah horror vacui (Thorp, 1990). Uniknya, konsep ini lantas diadopsi oleh studi seni visual untuk menggambarkan penggunaan ornamen berlebihan untuk memenuhi ruang. Mario Praz (dalam Lidwell et al, 2010) menyandingkan seni Victoria sebagai salah satu contoh horror vacui, sedangkan Carrier (2008) menyoroti horror vacui dalam tradisi renaisans (khususnya renaisans Italia dan Perancis) juga dalam tradisi seni Islam. Adapun ulasan singkat ini akan secara khusus menyoroti horror vacui dalam tradisi seni Islam yang secara tidak disadari menjadi bagian dalam konsumsi visual keseharian. Terdapat dua pokok bahasan yang menarik untuk diangkat, yaitu muasal dan sebaran pengaruhnya. Untuk muasal sendiri, penelitian Ettinghausen (1979) dapat menjadi acuan. Ia menelusuri dua struktur utama seni dekoratif Islam, yaitu tradisi keramik Persia di Nishapur dan tradisi dekorasi Samara, ibukota Dinasti Abbasiyah di Irak. Sejak awal perkembangannya, kedua tradisi tersebut telah mengadopsi konsep desain abstrak (dengan ciri pengaturan miring) yang telah digunakan sejak periode Sasanian dan Mesopotamia. Desain ini lalu diaplikasikan secara simbolik untuk menciptakan imaji tentang paradisa yang merupakan visi ideal dalam tradisi seni Islam dan dapat ditemukan secara menonjol pada seni arsitektur, lanskap taman, juga permadani Persia yang tersohor (Carrier, 2008). Desain abstrak inilah yang menyandingkan tradisi seni Islam dengan konsep horror vacui–“at this point it has to be stated that in view of an age-old tradition a good deal of Islamic art follows the universal principle of placing a prominent pattern against an empty background” (Ettinghausen, 1979). Karakter seni Nishapur dan Samara kemudian menyebar ke hampir seluruh jazirah Islam dan bersinggungan dengan karakter lokal. Lukisan miniatur Turki adalah salah satu bentuknya; sedangkan dinasti Mughal meninggalkan jejak seni Islam di India yang kemudian menyebar ke seantero Asia. Horror vacui dengan ciri Islam juga dapat ditemukan pada bentuk seni ornamen buku di Timbuktu, Mali; arsitektur Al-Hambra di Spanyol; keramik Azulejos di Portugal; juga pada desain Arabesque yang tersebar ke seantero dunia. Karakter pemenuhan ruang yang menonjol dalam setiap bentuknya, menyandingkan tradisi seni Islam paralel dengan produksi ornamen horror vacui yang juga ditemukan dalam tradisi seni lainnya. Pembedanya adalah: seni Islam dihasilkan melalui metode ukur dan rasio yang persisi–bahkan dalam bentuk paling liar pun (seperti gambaran tentang Surga yang imajinatif) disajikan secara padat dan matematis (Ettinghausen, 1979); inilah yang memberikan seni Islami karakter yang unik.

Horror vacui dalam tradisi seni Islam

Keramik Nishapur
Panel Stucco, Samarra
Tree of life – Karpet Persia
Tentara Ottoman di Tiflis – Lukisan Miniatur Turki
Red Fort – Seni Arsitektur Mughal
Tradisi batik – Indonesia
Ukiran di Al-Hambra, Spanyol
Shaki Khan Palace – Azerbaijan

Pengaruh tradisi seni Islam

Panel Tellus – Pengaruh Arabesque di Roma
Arabesque Neoklasik di Tullgarn Palace – Swedia
Arabesque Hall – Chaterine Palace, Rusia
Gaya Azulejos pada Arsitertur Portugal

 

Sumber Gambar: Wikimedia commons

Sumber Bacaan:
Carrier, D. 2008. A World Art history and Its Objects. University Park, Pennsylvania: Pennsylvania State University Press.
Ettinghausen, R. 1979. The Taming of the Horror Vacui in Islamic Art. Proceedings of the American Philosophical Society, 123 (1), hal. 15-28, http://www.jstor.org/stable/986468
Lidwell, W., Holden, K., & Butler, J. 2010. Universal Principles of Design, Revised and Updated: 125 Ways to Enhance Usability, Influence Perception, Increase Appeal, Make Better Design Decisions, and Teach through Design. Beverly, Massachusetts: Rockport Publishers.
Thorp, J. 1990. Aristotle’s Horror Vacui. Canadian Journal of Philosophy, 20 (2), hal. 149–166, doi:10.1080/00455091.1990.10717213

Share on:

Leave a Comment