Terdapat sebuah lagu folk dari daratan Iberia-Amerika[1] yang masuk ke dalam jajaran lagu Latin paling banyak dibawakan ulang. Lagu tersebut berjudul Gracias a la vida (Thanks to life), digubah dan dilantunkan pertama kali oleh Sang Ibu dari Musik Folk Latin, Violeta Parra. Entah berapa versi cover pernah dibuat sejak lagu tersebut dirilis pada tahun 1966; nama besar seperti Joan Baez dan Mercedes Sosa hanya dua di antaranya. Namun, betapa pun menariknya perjalanan sebuah lagu, tulisan kali ini akan membahas sosok musisi yang ada di belakangnya. Alasannya cukup jelas: karena Violeta Parra adalah penggagas kebangkitan kembali folk Latin yang dikenal dengan sebutan Nueva Canción[2] (New Song). Hari kelahiran Parra (4 Oktober 1917) kini diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Musik Nasional Chili–sebuah penghormatan layak bagi musisi yang bukan hanya membesarkan musik folk di Chile, tapi juga menggali akar identitas dan tradisi yang lama terkubur di bawah puing-puing kolonialisme. Adapun uraian tentang Latin folk revival akan dibagi ke dalam dua bagian: pembahasan tentang sang pelopor pada bagian pertama, dan uraian tentang gerakan Nueva Canción pada bagian selanjutnya.
Violeta Parra Lahir di San Carlos, kota di Pinggiran Nuble, Chili. Semenjak kecil ia langsung dihadapkan pada realita pahit kemiskinan akibat inflasi berkepanjangan di Chili kala itu. Untungnya ia dan saudara-saudaranya[3] memiliki darah seni yang diturunkan dari sang ayah, Nicanor Parra Alarcón, seorang guru musik dengan jam mengajar tidak menentu. Bersama adiknya, Parra memulai karier bernyanyi pada usia belia di sirkus dan bar. Pada masa inilah ia mulai mengenal dan mengembangkan berbagai gaya musik, terutama gaya boleros, rancheras, dan corridos, yang memiliki akar tradisi musik Spanyol. Namun, nama Violeta Parra mulai dikenal ketika ia mulai menjadi solois. Karakter vokalnya menjadi ciri khas tersendiri, selain karakter khusus lainnya yaitu menggubah dan melantunkan ulang lagu-lagu rakyat Chili yang sarat pesan sosial. Perpaduan ini menghantarkan Parra sebagai musisi terkemuka. Namun lebih dari itu, lagu rakyat dan pesan sosial yang dinyanyikan Parra menjelma menjadi semacam remedi bagi masyarakat yang dirundung impitan beban ekonomi tak berkesudahan. Lagu-lagu Parra, yang secara langsung ataupun tidak langsung bersentuhan dengan aspek sosial, lalu melahirkan sebuah gerakan yang dikenal sebagai Nueva Canción Chilena (gerakan Lagu Baru Chili).
Di samping kariernya sebagai musisi, Violeta Parra juga dikenal sebagai folkloris sekaligus etnomusikolog. Bidang ini ia tekuni secara otodidak ketika ia mulai berkeliling di seantero Chili untuk bernyanyi di berbagai bentuk pertunjukkan. Dalam perjalanannya, Parra mengumpulkan lagu dan cerita rakyat, juga puisi dan karya seni lainnya. Karier musiknya semakin bersinar ketika ia mendapatkan kontrak untuk mengisi acara radio bertajuk Canta Violeta Parra (Sing Violeta Parra), sedangkan kerja budayanya mendapat apresiasi ketika tahun 1954, ia mendapatkan penghargaan Premio Caupolicán, sebuah pengakuan tinggi untuk riset dan inisiatif keilmuan. Atas kiprahnya, Parra lalu mendapatkan tempat di kalangan intelektual Chili yang kemudian memberinya jalan untuk memperkenalkan musik folk Latin ke seantero dunia. Namun, Parra harus membayar mahal untuk pencapaiannya ini, karena Rosa Clara, anaknya yang berusia tiga tahun, meninggal ketika ia tengah berada di Paris. Episode ini ia gambarkan sebagai Velorio del angelito (The Angel Wake) yang membekas di sepanjang hidupnya.
Terlepas dari semangatnya untuk menggali musik folk Chili, adalah salah besar apabila memandang musik gubahan Parra tunduk semata-mata pada musik tradisi yang ia geluti. Beragam aliran musik tradisi memang menjadi repetoar khas lagu-lagu Parra (diantaranya adalah aliran-aliran utama dalam musik Chili: cuecas, tonadas, rin, sirilla, trote, huayno, dan refalosa), namun Dillon (2017) berpandangan bahwa istilah dekonstruksi lebih tepat untuk mewakili musik Parra–yaitu sebuah lanskap musik yang memadukan sisi tradisional musik dengan nuansa modern. Dengan kata lain, inspirasi kreatif Parra berasal dari perpaduan musik tradisional Chili dengan beragam referensi musik modern yang memberinya kesempatan untuk mengeksplorasi fondasi estetika musik yang sama sekali berbeda (Carrasco, 2018). Contoh perpaduan flok tradisional dengan gaya modern dapat ditemukan pada lagu La jardinera (The Gardener) atau Volver a los diecisiete (Being seventeen again). Dalam keduanya, kompromi sosial seakan ditekankan: musik tidak tidak berfungsi komunal seperti halnya musik folk tradisional pada umumnya, tapi juga tidak sepenuhnya dingin laiknya gaya musik modern yang individual.
Working as a music researcher in Chile I realised that modernity had killed the traditional music of the countryside. The popular art of indigenous people and country folk is slowly becoming lost. They buy nylon in place of the lace which they used to make at home. Tradition has become almost a corpse. It is sad. In the end the human brain is so powerful that I am afraid … but I am happy to be able to move between my old soul and modern life.
(Parra dalam Dillon, 2017)
Perpaduan antara tradisi dan modernitas adalah salah satu alasan mengapa musik Parra dapat diterima oleh banyak kalangan. Di satu sisi, musik tradisi yang hidup dalam memori kolektif masyarakat Chili, menjadi narasi kuat yang melandasi identitas kebangsaan. Di sisi lain, gaya folk modern yang dikembangkan Parra mampu bersentuhan dengan selera musik khalayak sehingga Parra dapat diterima secara luas. Berdampingan dengan musik, lirik adalah faktor penting lain dalam gubahan-gubahan Parra. Puisi rakyat tentu memiliki ruang dalam lirik-lirik Parra, namun ia juga memberikan tempat pada visi personal dan sosial (di antaranya persoalan rasialis, gender, dan kelas), yang kerap hadir dalam lagu-lagunya. Karena kompleksitas gagasannya, Violeta Parra tidak dapat ditakar dalam ukuran satu dimensi. Ia adalah banyak hal–dan musik hanyalah satu dari ragam ungkapan ekspresinya untuk berbicara dalam bahasa kemanusiaan.
My works contain a simple and happy truth within the sadness in each one of them. I am a little bird who can land on the shoulders of each human being. I can sing and chirp to them with open wings, close, very close to their soul.
(Parra dalam Dillon, 2017)
(Lanskap) Musik Violeta Parra
Sumber Bacaan:
Carrasco. L. 2018. What Type of Music Did Violeta Parra Make? Her Multiform, Musical, Authorship. dalam P. Vilches (Ed.). Mapping Violeta Parra’s Cultural Landscapes. Palgrave Macmillan.
Dillon, L. (Ed.). 2017. Violeta Parra: Life and Work (A Monografías). Tamesis Books.
Keterangan:
[1] Istilah untuk Amerika bagian Selatan yang berbahasa Portugis dan Spanyol.
[2] Gerakan musik yang berkembang pada era 1950-1960an di Chili, Bolivia, Peru dan Argentina. Gerakan ini mengusung kebangkitan kembali tradisi musik folk latin dengan memasukkan gagasan-gagasan gerakan sosialis yang juga mulai berkembang pada waktu bersamaan.
[3] Keluarga Parra kemudian dikenal sebagai keluarga terkemuka. Selain Violeta, adiknya, Roberto Parra juga merupakan musisi folk populer. Selain itu, Nicanor Parra, kakak dari Violeta adalah penyair kenamaan Chili.
kontak via editor@antimateri.com