

Ultraviolence
Perlu empat orang untuk meyakinkan saya dalam memulai telaah tentang agresifitas, yaitu: seorang psikiater revolusioner abad 20, seorang pecinta binatang
Perlu empat orang untuk meyakinkan saya dalam memulai telaah tentang agresifitas, yaitu: seorang psikiater revolusioner abad 20, seorang pecinta binatang
Nama Aldous Huxley rasanya memang tidak seterkenal Jean-Paul Sartre atau Albert Camus di kalangan anak muda yang tengah dilanda fase
(Kegilaan dan Spiritualitas dalam Karya Hermann Hesse) Bayangkan lukisan kucing khas Popo Iskandar, atau jajaran repetoar siprus dalam karya Van
Rendra dikenal sebagai penyair pamflet – sajak-sajaknya menjadi nafas yang menghidupi oposisi bagi kemandegan rejim politik selama masa orde baru
For each poem, Rimbaud paid a price in suffering, in jealousy, in misunderstanding[1] Keterpukauan kerap kali menelan kata-kata. Dan karya
Aku tulis pamflet ini karena pamflet bukan tabu bagi penyair (Aku Tulis Pamflet Ini, Rendra) Kumpulan puisi Rendra berjudul Potret
Tulisan ini pada dasarnya merupakan sebuah resistensi – atau lebih tepatnya eskapisme – dari kungkungan kegilaan yang semakin menjadi-jadi menjelang
“Oh, Federico Garcia, call the civil guard!” Dalam penggalan baris puisinya yang berjudul “Kematian Antonito el Camborio” (Muerte de Antonito
Membaca puisi-puisi Afrizal Malna adalah membaca korespondensi benda-benda. Puisi-puisinya yang melawan bentuk itu, seolah-olah mengajak kita berdialog dengan benda mati
Sebuah bangsa memilih tragedinya sendiri, merupakan kalimat pengantar dalam memahami bagaimana kita – bangsa Indonesia – memberi perhatian lebih pada