Di akhir abad ke-19, terdapat lonjakan permintaan atas lukisan orientalisme, terutama karya seorang pelukis akademia terkemuka, Jean-Léon Gérôme. Gegap gempita ini berawal ketika lukisan Jean-Léon Gérôme berjudul The Snake Charmer (1879) dipamerkan pada World’s Columbian Exhibition tahun 1893 di Chicago, sontak menjadikan Goupil & Cie[1] kebanjiran pesanan (Gebreyesus, 2016) dan ikut melambungkan nama pelukis orientalis lainnya seperti Ferdinand Max Bredt (Jerman), Fernand Cormon (Perancis), juga Giulio Rosati (Italia). Terlepas dari trendsetter lukisan orientalis, Gérôme sendiri merupakan figur terkemuka di kalangan pelukis Perancis yang ikut mendefinisikan aliran academicism[2]. Di Paris, Gérôme selalu mendapat tempat khusus pada pameran tahunan Salon d’Automne dan mendapatkan gelar professorat di École des Beaux-Arts. Namun memasuki abad 20, namanya seakan hilang dari perbincangan. Muasalnya tidak lain dari pertikaian Gérôme dengan para impressionist Paris yang disebutnya sebagai karya rendahan. Pada titik ini, Gérôme mewakili kalangan akademia tradisionalist dalam menghadapi para pembaharu seni dengan gempuran avant-gardenya. Sial bagi Gérôme karena sejarah yang bergulir berpihak pada para pembaharu. Ditambah dengan pandangan sinis Emile Zola yang memandang karya Gérôme sebagai “lukisan yang dingin dan mati”, semakin mendesak nama Gérôme keluar dari halaman sejarah seni Paris (Gérôme tetap menjadi antagonis walau pada tahun 1884, selepas eksibisi Manet, ia mengungkapkan bahwa impressionist “tidak seburuk yang saya pikirkan”). Nasib lukisan Gérôme lebih tragis lagi–perseteruan politik antara Barat vs. Timur telah menjerumuskan lukisan-lukisan Gérôme kedalam arus perdebatan politik makna hingga pembacaannya direduksi hanya sebagai alat propaganda kolonialisme. Terlebih ketika Edward Said menggunakan The Snake Charmer sebagai sampul muka pada kritiknya terhadap orientalisme[3] (1978), karya-karya Gérôme semakin tersudut. Nochlin (1989) dalam pembuka esaynya yang berjudul The Imaginary Orient dengan mengutip sinisme Richard Howard: ”What is more European, after all, then to be corrupted by the Orient?”–sebuah kutipan yang menggambarkan bagaimana kedua pihak (Barat dan Timur) saling menyalahkan. Untungnya Nochlin tidak berhenti disana, ia berada pada sisi Rosenthal (1982) yang menentang gagasan Said untuk mereduksi seni dari sudut politis semata dan menolak tuduhan Howard atas dunia timur. Melalui buku berjudul Orientalism, the Near East in French painting, 1800-1880 (1982), Rosenthal mengangkat kembali pengakuan atas karya-karya Gérôme. Ia pun memberikan pandangan alternatif (atas gagasan Said) bahwa kekuatan estetika orientalis, khususnya Gérôme, harus dilihat tanpa prasangka (Rosenthal, 1982). Ketika pembacaan melampaui orientalisme, apa yang ditemukan adalah karya maestro realisme dengan presisi yang sulit ditandingi. Kini, nama besar Gérôme perlahan-lahan kembali mendapatkan perhatian, terutama lukisan pada periode orientalisnya[4]. Jajaran lukisan perjalanannya ke Mesir dan Turki menempatkan Gérôme sebagai seorang ethnografis yang mampu menggambarkan secara detil lanskap budaya yang ia singgahi. Harus diakui bahwa gambarannya tentang dunia Islam merupakan salah satu yang terbaik–terlepas dari konteks politiknya, Orient dalam guratan kanvas Gérôme adalah mimpi yang menjelma realita.
Lukisan Jean-Léon Gérôme: Melampaui Orientalisme
Sumber Bacaan:
Gebreyesus. F. (2015). Beyond the Orientalist Canon: Art and Commerce in Jean-Léon Gérôme’s The Snake Charmer. Washington D.C: American University
Nochlin, L. (1989). The Imaginary Orient. The Politics of Vision: Essays on Nineteenth Century Art and Society. New York: Harper Row
Rosenthal. D. A. (1982). Orientalism, the Near East in French painting, 1800-1880. New York: Memorial Art Gallery of the University of Rochester
Said, E. (1978). Orientalism. New York: Pantheon Book
Keterangan:
[1] Kurator seni berbasis di Paris, didirikan oleh Adolphe Goupil pada tahun 1850
[2] Diprakarsai oleh Giorgio Vasari (1563) di Florence, aliran ini memadukan visi neoklasik dan romantisisme.
[3] Kritik Said terhadap Orientalisme mengacu pada pandangan bahwa seni orientalis merupakan “as a mode for defining the presumed cultural inferiority of the Islamic Orient” (Said, 1978)
[4] Selain lukisan bertema timur dekat (Arab dan Afrika Utara), Gérôme juga mendalami tema sejarah Romawi klasik seperti pada lukisan La Mort de César (1867) dan Pollice Verso (1872). Tema lainnya adalah seputaran mitos, diantaranya La Vérité sortant du puits armée de son martinet pour châtier l’humanité (Truth Coming Out of Her Well, 1896)
kontak via editor@antimateri.com