Escaping sounds, atau sisi eskapisme seorang musisi, selalu menarik untuk ditelusuri. Bahkan terdapat musisi yang secara ekstrem meninggalkan panggung utama dan tenggelam dalam eksperimen-eksperimen eksistensialis. Ulasan kali ini, juga beberapa ulasan ke depan, akan berkutat dengan musik-musik eskapisme yang dirasa lebih menarik atau berseberangan dengan karya utama sang musisi. Namun, sebuah disclaimer rasanya perlu disampaikan di awal: bahwa ‘eksperimen’ dalam ulasan ini mengacu pada eksperimen musikalitas sang musisi, bukan konsep musik eksperimentalisme sebagaimana diusung oleh para seniman Dadaist ataupun musisi avant garde. Melalui disclaimer tersebut, harap buang jauh-jauh peta teoretis juga konseptualisasi musik eksperimen, karena escaping sounds akan dibahas melalui sudut pandang seorang penikmat, yang sudah barang tentu, sangat subjektif.
Bagian pertama dari seri escaping sounds akan membahas Trickfinger, proyek acid techno garapan John Frusciancte, gitaris yang lebih dikenal lewat kiprahnya pada band papan atas, Red Hot Chili Peppers. Alasan mengapa Trickfinger ditampilkan sebagai pembuka tidak lain karena selebrasi personal saja. Bulan lalu, saya menemukan diri berada di tengah ribuan penikmat musik lainnya, menyaksikan secara langsung sang ‘guitar hero’ unjuk kebolehan. Walaupun secara pribadi, selebrasi tersebut akan lebih sempurna jika saja Frusciante memainkan lagu/musik dari proyek solonya yang puluhan kali lebih misterius daripada permainan gitar ‘ethereal rock’ (note: istilah saya sendiri) yang ia tampilkan bersama band kenamaannya. Terlepas dari posisinya sebagai salah satu gitaris terhebat di muka bumi (urutan 13 dalam Greatest Guitarist of All Times versi majalah Rolling Stones), Frusciante adalah sosok dengan idiosinkratik tersendiri. Ia berulang kali menarik diri dari sorotan arus utama untuk bereksperimen dengan apa pun yang ia anggap menarik: mulai dari psikedelia kelam (era 1990an-2000 awal), acid techno (era 2007-2020) hingga komposisi abstrak concrete music yang dirilis belakangan (kisaran 2022/2023). Trickfinger sendiri adalah alterego sang ‘dewa gitar’ ketika ia melepaskan posisinya dan tenggelam sepenuhnya dalam ritmis membius acid house.
Trickfinger merilis EP berjudul Sect In Sgt pada 2012. Rekaman penuhnya (Trickfinger, self-titled) dirilis 2015, diikuti Trickfinger II pada 2017, dan album ganda pada 2020 dengan judul ‘She Smiles Because She Presses the Button’ dan ‘Look Down, See Us’. Melalui rilisan-rilisan Trickfinger, Frusciante menjelma menjadi sebatas ‘programmer’, tanpa persona seorang rock star ataupun atraksi panggung memukau. Gelagat ini sebetulnya bukan hal mengejutkan, karena sebelum eksperimen Trickfinger, perubahan arah musik Frusciante telah terekam, bahkan sejak album To Record Only Water for Ten Days (2001). Lagu berjudul Murderers dalam album tersebut adalah salah satu eksperimen awal Frusciante dalam mengusung synthesizer pop. Ditulis sebulan setelah ia keluar dari rehab, ditambah pengaruh kental Depeche Mode, Murderers memberi sebuah kesan yang ganjil: musik techno-psikedelia kelam yang dinyanyikan oleh hippies kesepian.
Tahun 2007 nampaknya menjadi titik balik bagi musikalitas Frusciante. Ketika Chilli Peppers berada di puncak kesuksesan paska merilis Stadium Arcadium, Frusciante (lagi-lagi) melarikan diri, kali ini untuk mengejar obsesi lamanya, yaitu elektronik musik. Produksi musik pada kisaran musim dingin 2007 tersebut, menurut sang musisi: ‘dibuat tanpa tujuan untuk dirilis’. Adalah label rekaman Acid Test yang kemudian mengumpulkan dan merilisnya di bawah nama Trickfinger dalam format digital. ‘She Smiles Because She Presses the Button’ juga merupakan materi dari proses eksperimen yang sama, walau baru direkam pada 2018 dan dirilis dua tahun kemudian. Adapun ‘Look Down, See Us’ memiliki proses terpisah karena diproduksi dan dirilis tahun 2020 sebagai bagian dari peluncuran label rekaman Evar, label independen milik Frusciante.
Mengacu pada kronologi di atas, nampak bahwa Trickfinger adalah langkah awal dari jejak eksperimen musik elektronik Frusciante selanjutnya, antara lain: PBX Funicular Intaglio Zone (2012), Enclusore (2014), Foregrow (2016), Maya (2020) dan album ganda I dan II (2023). Dalam Trickfinger, Frusciante memereteli gaya musiknya sendiri. Ia sama sekali menanggalkan pola penulisan lagu tradisional dan berkutat hanya pada sampling suara yang dihasilkan oleh mesin drum dan bass elektronik Roland TB-303. Pengaruh musik acid house terasa kental dalam setiap rilisan Trickfinger. Berpijak pada pola repetitif, beragam sampel digunakan untuk membentuk tekstur dalam setiap komposisinya. Alih-alih menampilkan virtuoso seperti ketika ia memainkan gitar, musik Trickfinger berbagi gagasan dengan kultur acid house yang lekat dengan jargon ‘deep yet meaningless’. Simak saja lagu seperti After Below, Ruche atau Cuh–terlihat jelas bagaimana musikalitas Trickfinger mengusung nostalgia mabuk serupa pesta rave bawah tanah era the Second Summer of Love (1988). Walaupun, harus diakui, tidak ada satu rekaman pun yang mampu sepenuhnya menangkap kegilaan rave bawah tanah London.
Jika harus memilih, Trackfinger II adalah album kesukaan dari jajaran album eksperimental Frusciante. Berbeda dengan Trackfinger (self-titled) di mana sang musisi bermain-main dengan ide setengah matang, dalam Trickfinger II, gagasan tentang ‘techno-acid ala Frusciante’ rasanya telah memiliki bentuk. Tidak ada intro terburu-buru ataupun ritme mencolok yang tidak perlu. Melalui enam lagu dalam Trickfinger II, Frusciante meletakkan cetak biru untuk eksperimen musik elektronik selanjutnya. Eksplorasi techno-acid dapat dengan mudah ditemukan kembali, terutama pada album Enclosure dan Foregrow (kali ini dirilis tanpa alias). Pada keduanya, acid house bersinggungan dengan melodius pop, menghasilkan synth-pop khas Frusciante: repetisi apik ritme dan melodi yang diselingi lirik manik depresif. Dalam Maya (yang juga dirilis tanpa alias), techno-acid menjadi sangat kontemplatif, sehingga musiknya lantas disandingkan dengan IDM (Intelligent Dance Music) a.k.a musik rave untuk para introvert. Adapun rilisan ganda Frusciante pada tahun 2023 merupakan komposisi abstrak yang berkembang cukup jauh dari trajektori acid techno Trickfinger. Mengingat Frusciante adalah Frusciante, kita tidak akan pernah tahu eksperimen apa yang akan ia gubah selanjutnya. Seperti ungkapnya dalam lirik Stage: I know where I’m going, I eat this time, lower than hellfire. Alhasil, kita hanya bisa menunggu dan menikmati kejutan selanjutnya.
Trickfinger – Ruche (2017)
Trickfinger – Rhyme Four (2020)
kontak via editor@antimateri.com