Sebelumnya: Aliran Seni Bengali
Masuknya kekuasaan Mughal ke India pada abad 16 (kisaran 1526) memberi warna baru dalam lapisan budaya India. Sinkretisme terjalin dalam banyak aspek, mulai dari agama, politik, tatanan sosial, tata kota, arsitektur, musik, puisi hingga seni lukis. Adapun ulasan kali ini akan membahas secara singkat tentang pengaruh Persia dalam aliran seni Mughal–sebuah aliran seni dan estetika yang dikenal sebagai the renaissance period of Indian Art (Petek, 2018). Jejak pengaruh gaya lukis Persia sangat terasa dalam lukisan-lukisan India, khususnya yang lahir pada masa Mughal. Walaupun masih kental dengan narasi tradisional Mahabharata dan Ramayana, ditambah dengan pengaruh naturalisme Eropa dan seni Islam pada ukiran dekoratif, namun “rasa Persia” dalam lukisan Mughal adalah sebuah fakta yang tidak dapat dinafikan.
Dinasti Mughal atau Mogul dalam penyebutan lain, berasal dari Asia Tengah (kini wilayah Uzbekistan) dan terkenal setidaknya dalam tiga hal: (1) sebagai keturunan langsung dari Genghis Khan; (2) pemilik strategi kavaleri tiada tanding pada masanya; dan (3) perhatian besar pada estetika. Oleh karenanya, keberhasilan ekspansi selalu dibarengi dengan pembangunan istana serta taman kota yang sesuai dengan selera seni para rajanya. Ketika berhasil melakukan ekspansi, Babur–Raja Mughal yang pertama–mengaku sangat terganggu dengan wilayah barunya yang “tidak memiliki selera tinggi”. Oleh karenanya, ia mengajak para penyair, musisi, dan pelukis Persia untuk memberikan sentuhan seni pada istana dan kota barunya.
Obsesi seni sang Raja inilah yang menjadi awal terjadinya hibriditas seni Indo-Persia, Islam dan India. Obsesi yang sama juga tergambar pada masa kepemimpinan raja-raja setelahnya: Humayun, raja setelah Babur dikenal sebagai pionir patron lukis aliran Mughal; Akbar menorehkan namanya sebagai penguasa pada masa keemasan seni Mughal; hingga Shah Jahan dengan monumen Taj Mahal yang tak lekang oleh waktu. Berpijak pada peninggalan seni yang tak terhingga, obsesi para raja Mughal telah memberi tekstur bagi estetika India yang kita kenal saat ini.
Terdapat empat pengaruh penting yang dihadirkan seni Persia pada lukisan-lukisan Mughal, yaitu persepsi ruang, penggambaran individual (individual figurative), lukisan miniatur dan pemilihan objek personal. Sebagai gambaran pengaruh ruang, lukisan Mughal dapat dibandingkan dengan tradisi lukisan klasik India yang pada mulanya kerap digambarkan berjejalan dan tidak menonjolkan persepsi individual (dengan kata lain, tentara yang satu dan yang lain digambarkan dengan wajah serupa). Humayunlah yang kemudian mengubah pola tersebut. Dengan pasukan pelukis Persianya, ia lantas membuat perubahan mendasar dengan memberikan persepsi ruang dan melekatkan identitas pada setiap wajah dalam lukisan. Hal ini tidak hanya berlaku pada lukisan kehidupan kerajaan saja, tapi juga pada setiap tentara dalam medan pertempuran.
Pengaruh seni Persia lain yang tidak kalah penting adalah alih bentuk atau alih sarana lukisan kedalam bentuk manuskrip, atau dikenal juga dengan istilah lukisan miniatur. Seni ini merupakan mazhab lukisan yang digaungkan oleh pelukis Herat Kamāl ud-Dīn Behzād pada pertengahan abad ke-15. Pada masa pemerintahan Akbar (1556 hingga 1605), gaya Behzād (atau Bihzad) kembali digunakan untuk menggambarkan narasi deskriptif teks tradisional India. Di bawah patron Akbarlah seni Mughal yang sarat dengan pakem-pakem Persia juga narasi Islam bersandingan dengan budaya India dan menghasilkan karya fenomenal seperti Hamzanama (Tales of Hamza), Tutinama (Tales of Parrot), juga biografi Akbarnāma (the Book of Akbar). Pengaruh lain dari seni Persia dapat ditemukan pada pemilihan objek lukis: lukisan tradisi India dominan dengan objek peperangan tanpa emosi personal, sedangkan dalam perkembangannya, pengaruh Persia menghadirkan objek personal, termasuk potret diri atau kehidupan keseharian di Istana–sesuatu yang tidak ditemukan pada tradisi lukis tradisi India sebelumnya.
Sejarah kemudian mencatat jajaran nama besar pelukis aliran Mughal, diantaranya: Aqa Riza, Abdus Samad, Mir Saiyyid Ali, Bishan Das, Kesu Das dan juga, Basawan (Manuja, 1999). Walaupun pembuatan lukisan kerap dilakukan secara kolektif dan hasil karyanya selalu diatasnamakan raja-raja Mughal, namun penghormatan kerajaan pada nama-nama besar tersebut tidak lantas sirna. Dapat dikatakan bahwa merekalah pilar seni Mughal yang menyokong obsesi para raja diraja yang haus akan rasa seni dan estetika hingga menghantarkan Mughal pada jaman keemasan. Namun di seberang pandangan yang memandang bahwa aliran Mughal adalah puncak pencapaian tertinggi estetika India, suara yang menyatakan sebaliknyapun tidak kalah gema. Melalui pernyataan bahwa keberadaan Mughal telah menghancurkan sendi dasar budaya India, terciptalah api dalam sekam yang membayangi gerak sosial budaya hingga saat ini. Terlepas dari segala kontroversi yang ada, rekam jejak para seniman Mughal melalui berbagai monument seninya, tetap berdiri kokoh dan senantiasa memberikan angin segar bagi nafas kosmopolitan India.
Pengaruh Persia dalam Aliran Seni Mughal
Sumber Gambar: Wikipedia (Public Domain)
Sumber Bacaan:
Burn, R (ed.). (1937). The Cambridge History of India. Volume IV. The Mughal Period. Cambridge: Cambridge University Press.
Manuja, A. (1999). A Critical Study of Mughal Paintings During Akbar’s Reign. Aligarh: Aligarh Muslim University.
Petek, N. (2018). Aesthetics of the Classical Period of the Islamic Mughal Empire in India through a Portrait of Abū al-Fath Jalāl al-Dīn Muhammad Akbar. Asian Studies VI (XXII), 1: 73–109.
kontak via editor@antimateri.com