
Tanah-Air dengan Laut Tak Berperahu!
Konon, katanya kita manusia kepulauan yang berjiwa bahari. “Kepulauan dengan laut sebagai pemersatu telah begitu menyatu dengan penduduk kawasan Nusantara
Konon, katanya kita manusia kepulauan yang berjiwa bahari. “Kepulauan dengan laut sebagai pemersatu telah begitu menyatu dengan penduduk kawasan Nusantara
“Aku menghormatinya dengan mengajaknya adu argumentasi. Aku menghormatinya dengan menghantam pikiran-pikirannya yang ternyata banyak keliru. Aku pikir dia akan merasa
Judul diatas merupakan padanan Bahasa Indonesia[1]untuk karya klasik sosiolog Stanley Cohen “Folk Devils and Moral Panics” yang diterbitkan pertama kali
“Saya sangat sedih melihat tidak ada lagi yang tahu arti sesungguhnya dari [ritual] menenun”, ucap Mamak Dangai, seorang sesepuh Rumah
Memasuki abad empat belas masehi, Islam mulai menyebar di tanah Jawa bersamaan dengan berlalunya “gara-gara” atau semacam kekacauan kosmologis dimana
(*Puisi bisu: puisi yang tidak menjelaskan dirinya secara gamblang; puisi yang kurang mampu dipahami pembaca) Rumah-rumah Muumbi I dinding rumah-rumah
Rendra dikenal sebagai penyair pamflet – sajak-sajaknya menjadi nafas yang menghidupi oposisi bagi kemandegan rejim politik selama masa orde baru
Tulisan ini merupakan bagian awal dari trilogi kegelisahan yang akan kami urai satu-persatu. Kegelisahan yang berawal pada kesadaran bahwa apa
Sebuah negara yang menyatakan diri “demokrasi” harus memetakan ulang politiknya, setidaknya dalam kurun lima tahun sekali. Pemetaan tersebut dilakukan secara
“Gus, anak – anak pada bawa bas, gak?” tanyaku pada Agus lewat sms. “Wah, gak tahu, Gung. Coba tanya yang lain.” Jawaban yang sama juga