Lukisan Velazquez (II): Potret Humanis Juan de Pareja

Ulasan kali ini membahas tentang lukisan terkenal Diego Velazquez bertajuk Retrato de Juan de Pareja (Portrait of Juan de Pareja). Alasannya singkat saja: karena La Meninas, mahakarya sang Maestro sudah terlalu banyak di bahas, sedangkan lukisan budak satu ini, yang memiliki ketajaman tidak kalah dari lukisan Velazquez lainnya, terlampau sayang untuk dilewatkan. Muasal mengapa seorang budak (non-elite figure) dapat muncul dalam format potret ala bangsawan, akan dibahas kemudian. Sebagai pembuka, sekilas gambaran posisi Velazques sebagai pintor de la cámara (chamber painting/pelukis istana) rasanya penting untuk diungkap. Kala ditampuk sebagai pelukis istana pada 1623, Velazquez baru menginjak 24 tahun. Reputasinya sebagai prodigi seni lukis Seville, juga karena jajaran lukisan bodegones yang telah dihasilkannya, menarik perhatian sejumlah patron termasuk penasihat kerajaan, Conde-Duque de Olivares. Dengan bekal rekomendasi dari Olivares, Velazquez berangkat menuju Madrid dengan satu tujuan: melukis Raja Philip IV. Tak dinyana, lukisan tersebut lantas mengangkat posisi Velazquez sebagai ‘maestro di atas maestro’, dengan torehan kuas yang mengubah pakem seni Eropa abad 17.

Berposisi sebagai pelukis istana, Velazquez bukan hanya bertugas sebagai pelukis resmi keluarga kerajaan, namun juga mengemban kepercayaan menjaga nama besar kerajaan, terkhusus dalam kompetisi kedigdayaan seni di Eropa. Dalam artikel bertajuk Velazquez and His Works, William Stirling (1885) mengurai bahwa dalam posisinya sebagai el guardián seni Spanyol, Velazquez bertugas untuk mengembangkan karya seni Spanyol, salah satunya dengan menyerap aspirasi dari kiblat seni Baroq, Italia. Misinya termasuk pengembangan gaya lukis dan juga seni patung, dilakukan pada kisaran 1629-1639. Stirling juga menggambarkan peran penting Velazquez sebagai kurator kerajaan dengan tugas gampang-gampang susah, yaitu memilih dan membeli (semahal apapun) lukisan yang layak untuk dipajang di Palacio Real de Madrid. Kurasi seni ini tercatat sebagai misi kedua Velazquez ke Italia yang berlangsung antara 1649 hingga 1651. Dalam perjalanannya Velazquez ditemani seorang budak keturunan Moor bernama Juan de Pareja–sosok yang kini dikenal luas sebagai model dari salah satu lukisan mahakarya sang Maestro.

Pada perjalanan keduanya ke Italia, Velazquez telah menyandang nama besar sebagai penerus tradisi Baroq Eropa, setara dengan nama pendahulunya: Caravaggio. Sehingga, ketika Kepausan mengadakan sayembara melukis Paus Innocent X (masa kepausan 1644–1655), Velazquez menjadi maestro yang terpilih. Undangan ini tentu menggairahkan–dalam konteks seni maupun politik. Gereja Katolik Roma pada abad 17 dikenal sebagai  salah satu patron seni terbesar di Eropa, dan commission (permintaan) dari Gereja, terlebih dari Paus sendiri, adalah suatu bentuk pengakuan seni tertinggi.

Dalam konteks Velazquez, commission dari Paus memiliki arti lain. Ia bersaing dengan beberapa pelukis lain untuk mendapatkan papal commission (permintaan dari kepausan), dan mendapatkannya. Kompetitif ini mengukuhkan bakat Velazquez yang secara resmi diakui diakui, bukan hanya di Spanyol, tapi juga di Roma. Selain itu, dibanding pelukis lain pada masanya–diantaranya Jusepe de Ribera, atau Giovanni Lanfranco–Velazquez terbilang sangat jarang menyentuh tema-tema biblikal, sehingga permintaan dari Paus seakan meneguhkan posisinya sebagai bagian dari pelukis yang memiliki kedekatan dengan Gereja. Selain pengakuan dunia seni, commission dari Paus juga berlaku sebagai misi diplomatik untuk mempererat relasi Kerajaan Spanyol dengan Kekuasaan Papal di Roma.

Dalam mempersiapkan permintaan dari Sang Paus, Velazquez mencoba berbagai pendekatan, salah satunya dengan melukis model percontohan atau sejenis prototipe untuk menakar latar, warna, cahaya, serta pose yang dianggap tepat. Pada titik ini, beraksi lah Juan de Pareja–budak yang merupakan pelayan setia merangkap asisten lukis sang Maestro. Namun ternyata, lukisan yang mulanya hanya ditujukan sebagai ‘pemanasan’, mendapatkan perhatian yang luar biasa–bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa lukisan potret Juan de Pareja memiliki kedalaman humanis melebihi lukisan Paus itu sendiri. Theodore Rousseau (1971) dalam tulisannya Juan de Pareja by Diego Velazquez menyatakan:

This is evident in everything, he painted in Rome-in the magnificent portrait of Pope Innocent X, but even more in the Juan de Pareja. Here Velazquez had only to please himself, and here was a subject for whom he clearly felt real sympathy and affection. No picture in all his oeuvre has this same impact. In the feeling it gives of an extraordinary human relationship between artist and sitter, it invites comparison with another masterpiece of portraiture, the Jan Six of Rembrandt.

Rousseau (1971) lalu manambahkan bahwa lukisan Retrato de Juan de Pareja (Portrait of Juan de Pareja) menghadirkan sisi personal Velazquez yang jarang muncul. Lukisan potret adalah salah satu keunggulan Velazquez, bahkan lukisan potret-lah yang menempatkannya sebagai pelukis istana. Namun, ketika yang menjadi subjek lukis adalah keluarga kerajaan atau bangsawan Madrid, jangan harap ada afeksi humanis disana. Alhasil, ketika kritikus seni melihat lukisan Juan de Pareja, segenap pujian diberikan pada sang Maestro termasuk penganugrahan Orden de Santiago (Order of Santiago) dari kerajaan Spanyol atas kontribusinya pada perkembangan seni.

Ketenaran lukisan memberikan keberuntungan tersendiri bagi Juan de Pareja. Tidak lama setelah penganugrahan Orden de Santiago, Juan dibebaskan dari posisinya sebagai budak–walau dari catatan yang ada, Velazquez memposisikan Juan lebih sebagai asisten lukis daripada seorang budak. Juan diberikan keleluasaan untuk belajar menulis, bahkan menjadi saksi di beberapa perkara hukum yang dihadapi Velazquez (Rousseau, 1971). Kebebasan memberikan nafas baru bagi Juan, dan dengan bekal keahlian yang ia dapat selama menjadi asisten Velazquez, Juan de Pareja lantas dikenal sebagai pelukis dengan karyanya sendiri, dan salah satu pelukis kenamaan pertama yang lahir dari kalangan Moor.

Terkait lukisan potret Juan de Pareja dan Paus Innocent X yang dihasilkan ketika Velazquez berada di Roma, kini dipandang sebagai karya Velazquez dengan tingkat orisinalitas paling tinggi–karena dua alas an pokok. Pertama, kedua potret ini lahir dalam suasana Roma yang kosmopolit, berbeda dengan pusat seni Madrid yang cenderung moody. Nuansa ini lantas hadir dalam lukisan potret yang dihasilkan–potret Juan de Pareja dan Paus Innocent X memiliki ekspresi yang lebih hidup dan lebih manusiawi dari lukisan-lukisan potret Velazquez lainnya. Potret Paus menghadirkan wibawa kharismatik dan bukan keangkuhan dibuat-buat, sedangkan potret Juan de Pareja menghadirkan kehangatan khas seorang kawan yang terpercaya. Kedua, Velazquez memperkenalkan posisi duduk (seated position) dalam lukisan potret formal, sesuatu yang tidak lazim ditemukan dalam lukisan potret. Atas improvisasi gaya ini, Velazquez memberikan pengaruh besar pada perkembangan seni lukis. Bersama La Meninas–karya conversational piece yang menggambarkan interaksi beberapa subjek,–lukisan potret Juan de Pareja dan Paus Innocent X menjadi mahakarya Velazquez yang mendefinisikan seni lukis Eropa setelahnya.

Lukisan Velazquez
Retrato del Papa Inocencio X Roma by Diego Velázquez

Sumber Gambar: Wikiart dan Metropolitan Museum Archive 

Sumber Bacaan:
Rousseau, Theodore. 1971. Juan de Pareja by Diego Velazquez: An Appreciationof the Portrait. The Metropolitan Museum of Art Bulletin.
Stirling, William. 1855. Velazquez and His Works. The Crayon, 1(18): 279-280

 

Share on:

Leave a Comment