Lukisan Apokaliptik El Greco

El Greco, adalah nama dengan catatan kaki. Ia kini dikenal sebagai figur utama dunia lukis Spanyol bersama dua nama besar lain yaitu Velazquez dan Goya, walaupun pengaruh utama lukisannya berasal dari akar seni Bizantium yang selalu ia bawa bersama memori kampung halaman. Nama (atau lebih tepatnya julukan) El Greco diberikan karena sang pelukis lahir dan dibesarkan di Kreta, Yunani–sebuah pulau yang mempertemukan seni klasik Bizantium dengan rasa kosmopolitan Venesia. Namun El Greco muda yang penuh ambisi merasa bahwa Kreta tidak cukup memuaskan dahaga seninya dan memutuskan untuk berkiprah di Roma. Di ibukota renaisans tersebut, El Greco mempelajari eksperimen warna dengan menjadi pengikut setia Titian. Yang kemudian tidak disangka-sangka adalah: sang pemuda Kreta, dengan lantangnya mengejek lukisan Michelangelo, The Last Judgment, yang dipandang sebagai karya puncak periode renaisans Eropa. Ujarnya: “[I] could replace with something just as good, and more Christian” (Jones, 2004). Alhasil El Greco diusir dari Roma–kota impian yang tidak pernah ia kunjungi kembali hingga akhir hidupnya. Ia lalu mendapatkan patron di Toledo, jantung kebudayaan Castilian, Spanyol dimana ia kemudian menetap. Di Toledolah El Greco menghasilkan lukisan khas yang menempatkan namanya pada jajaran maestro seni Spanyol. Berada pada periode kontra-reformasi[1], lukisan El Greco berkisar pada tema agama, namun dengan nuansa yang janggal. Setidaknya terdapat dua ciri utama yang dapat langsung dikenali dalam gaya lukis El Greco: (1) Kisah-kisah biblikal hadir dalam pertarungan brutal antara cahaya dan bayangan; dan (2) Eksperimen mannerisme[2] menghadirkan figur-figur dalam imajinasi apokaliptik–sesak, muram, dengan pemilihan warna kelam. Tidak jarang para patron (khususnya Gereja Toledo dan Raja Philip II) keberatan dengan lukisan El Greco karena tidak sesuai dengan bayangan renaisans yang penuh kemegahan. Sehingga walaupun El Greco banyak meninggalkan karya–dengan mengandalkan patron-patron seni kecil–apresiasi atas visi seninya saat itu hampir nihil. Ia seperti kebanyakan jenius yang hidup mendahului waktunya dan pengakuan atas karya El Greco baru digaungkan pada abad 19 oleh seniman-seniman avant-garde. Bahkan, figur-figur apokaliptik El Greco adalah inspirasi bagi eksperimen bentuk aliran abstrak dan kubisme yang mengemuka pada abad 20; dan semakin melambung ketika mendapat pengakuan tinggi dari senimen sekaliber Ranier Marie Rilke dan Picasso (Mare, 2010). Jika saja El Greco hidup saat ini, ia tidak perlu bersusah payah mengajukan perkara ke pengadilan karena rendahnya bandrol harga pada lukisannya–statusnya sebagai trio maestro lukis Spanyol saja sudah cukup untuk menjadikannya komoditas balai lelang Christie. Namun, sejarah layaknya seorang barista yang handal: karena untuk menciptakan figur apokaliptik yang khas, butuh takaran kekacauan tepat yang hanya dapat ditemukan El Greco saat menyusuri jalanan Tolado lima abad silam.

KIsah Biblikal dan Mannerisme Apokaliptik El Greco  

Opening of the Fifth Seal
The Martyrdom of St Maurice
View of Toledo
Laocoön
St. Sebastian
St._Francis Receiving the Stigmata
The Adoration of the Name of Jesus

Sumber Bacaan
Conservation Department, Museo Thyssen- Bornemisza. n.d. El Greco From Italy to Toledo: Technical Study of Works in the Thyssen- Bornemisza Collection.
Freedberg, S.J. 1971. Painting in Italy, 1500–1600, first edition. The Pelican History of Art. Harmondsworth and Baltimore: Penguin Books
Jones, J. 2004. The Reluctant Disciple. Guardian.
Mare, E.A. 2010. El Greco, a Mediator of Modern Painting. Sajah, 25(1), 133–153.

Keterangan:
[1] Periode kebangkitan kembali Gereja Katolik sebagai respon atas reformasi Protestan
[2] Gaya lukis Mannerism hadir pada awal 1500an yang merupakan reaksi pada harmonisasi seni klasik. Gaya ini kemudian digantikan oleh gaya Baroque pada abad 17 (Freedberg, 1971)

Share on:

Leave a Comment