Heart Shaped Box – single pertama Nirvana dari album In Utero – bukan sekedar sarana promosi semata, namun lebih sebagai monumen visual artistik yang dihasilkan dari kolaborasi sang musisi enigmatic [Kurt] Cobain dengan seniman visioner [Anton] Corbijn. Corbijn sebelumnya lebih dikenal sebagai fotografer dan tidak sepenuhnya menempatkan diri sebagai seorang sutradara – namun nampaknya anggapan tersebut harus ia tanggalkan karena pada akhirnya ia banyak berkecimpung dalam pembuatan video, dokumenter bahkan biografi beberapa musisi – selain Nirvana, ia juga menggarap beberapa konsep video U2, membuat film pendek tentang pensiunan Captain Beefheart dan debut Filmnya Control, sebuah bio hitam putih Ian Curtis. Adapun Heart Shaped Box merupakan video terakhir Nirvana – satu-satunya yang digarap oleh Corbijn – yang dirilis enam bulan sebelum Cobain “membakar” mitosnya sendiri, sehingga sangatlah wajar jika video ini kemudian memiliki beban yang sangat berat: menjadi semacam pesan terakhir Cobain kepada dunia tentang segala kemurniannya yang semakin menghitam dilahap [penyakit] kanker ganas – I wish I could eat your cancer when you turn black.
Penggalan lirik di atas adalah sebuah kalimat cinta versi Cobain – cinta yang begitu penuh pengorbanan, layaknya Yesus yang menanggung dosa umat manusia. Gambaran inilah yang mengawali parade gagasan liar Cobain dalam video Heart Shaped Box yang diterjemahkan dengan sangat indah oleh Corbijn – sebuah keindahan surealist yang menohok bagi siapa saja yang melihat. Dalam video ini sebuah trik jitu dilakukan Corbijn dengan menggunakan teknik pewarnaan cerah (bahkan cenderung mencolok) untuk menutupi vulgaritas ide Cobain tentang adegan penyaliban dan gadis berkostum Klux Klux Klan. Dengan delusi tersebut, maka segala pembacaan ganda dan berbagai lapisan makna di dalamnya berhasil lolos dari sensor MTV.
Lapisan makna – yang tentu saja berasal dari interpretasi karena Cobain selalu meninggalkan teka-teki – terlihat dengan sangat jelas dalam video ini. Berbagai simbolisasi bermunculan dalam setiap detiknya: diawali dengan adegan seseorang mendekati ajal yang bermimpi tentang negeri mirip dongeng Alice in Wonderland dengan ladang dipenuhi meat-eating orchid, dilengkapi pancang salib dengan gagak hinggap diatasnya. Lalu muncul seorang anak berkostum KKK berlarian gembira sambil mencoba meraih janin yang bergelantungan dari sebuah pohon, diikuti oleh visualisasi mother earth dengan organ dalam yang terpampang jelas.
Nirvana – Heart Shaped Box
Dalam hal ini kita harus mengakui kehebatan Corbijn dalam merealisasikan konsep abstrak yang hampir secara keseluruhan berasal dari Cobain – sang Sutradara sendiri tinggal menambahkan beberapa detail sebagai tambahan untuk melengkapi alusi lirik, salah satunya adalah latar berbentuk kotak dengan hati diatasnya. Adegan ini – yaitu saat ketiga anggota Nirvana berimprovisasi didalamnya – adalah adegan yang paling tidak “mengganggu” dari seluruh rangkaian visual video, namun sebuah ingatan pahit selalu muncul: bahwa Heart Shaped Box semula berjudul Heart Shaped Coffin, sehingga jika saja judulnya tidak diubah, maka kita akan melihat mereka menari di dalam peti mati.
Ketika pertama kali melihat video ini – di usia sekolah menengah – tentu saja saya tidak menyadari berbagai makna subversif yang dipertontonkan Cobain dalam video tersebut: adegan self-cruxification dengan ironi pengorbanannya, kostum putih bertopi lancip KKK yang dikenakan oleh seorang gadis sebagai paradoks kemurnian, simbolisasi janin yang memiliki makna ketidakmenentuan akan sebuah harapan rapuh yang bisa kandas kapan saja, juga gambaran kekerasan pada tubuh seorang wanita yang diperlihatkan secara nyata. Jujur saja, saat itu yang saya ingat hanyalah warna mata Cobain dan rambut pirangnya, dibarengi absurditas emosional khas anak muda yang tanpa arah, namun ketika melihat kembali video ini satu dekade kemudian, ia memiliki makna yang sama sekali lain: Heart Shaped Box adalah sebuah peringatan sekaligus rangkuman dari keseluruhan [sub]teks penuh kekerasan dalam album In Utero (yang ditutup dengan lagu “All Apologies”) – album penanda berakhirnya Nirvana.
Dengan kekuatan narasinya, Heart Shaped Box menerima penghargaan sebagai video terbaik dalam MTV Award tahun 1994. Cobain yang puas dengan hasil garapan Corbijn lantas memintanya untuk menggarap Pennyroyal Tea yang akan menjadi single kedua dari album In Utero – namun diluar dugaan Corbijn menolaknya karena sangsi akan mampu membuat video sebaik Heart Shaped Box yang ia anggap sebagai capaian puncaknya bersama Nirvana. Jawaban Cobain atas penolakan tersebut pun diluar dugaan, karena ia berkata: “Well, if you don’t do it, I’ll never do another video again with anybody” – dan ia menepatinya. Sehingga selain dari penghargaan yang diperolehnya, Heart Shaped Box menjadi salah satu video paling iconic dikarenakan fakta bahwa video tersebut adalah video terakhir dari supergrup Nirvana. Dengan sendirinya, kegetiran manis dalam Heart Shaped Box selalu mengingatkan kembali bahwa kehebatan seorang Kurt Cobain terletak pada kekuatan konsep yang dimilikinya – secara musik, lirik, bahkan video – sehingga bagi Nirvana, penampilan visual hanyalah permukaan dari berbagai lapisan [makna] yang dibangun secara utuh oleh sang vokalis – untuk kemudian ia hancurkan kembali.
kontak via editor@antimateri.com
Corbijn bikin video berwarna juga toh :O. Kirain sutradara spesialis hitam putih gara-gara di Reflektor-nya Arcade Fire sama di Control pake pewarnaan gitu terus.
yoi kaka Remon, dari sumber yg saya baca itu akal-akalan biar lolos sensor 🙂
keren reviewnya..