
Musik, Politik, dan Lingkaran Hermeneutik
Ulasan untuk Perilisan Buku “Setiap Api Butuh Sedikit Bantuan” karya Herry Sutresna Bandung, 23 November 2025 Musik dan politik, walaupun

Ulasan untuk Perilisan Buku “Setiap Api Butuh Sedikit Bantuan” karya Herry Sutresna Bandung, 23 November 2025 Musik dan politik, walaupun

Tulisan ini merupakan sebuah lompatan jauh ke belakang, sebuah tindakan nekat bagi seorang penulis musik amatir yang pengetahuannya hanya sebatas

Membaca ulang Gombrich, E. H. (2006). The Story of Art (16th ed.). Phaidon Press. (Publikasi Perdana 1950) Sejarawan seni sekaligus

‘Kau tahu apa yang mereka lakukan di Saragossa? Mereka membaringkan orang-orang di jalan dan melindas mereka dengan truk. Seorang deserter

Musik merupakan sebuah institusi sosial–dan sebagaimana institusi pada umumnya, selalu ada aturan, pakem, stuktur, juga fungsi yang melekat. Sialnya, karena

Gambar Muka: A portrait of Ayatollah Ruhollah Khomeini faces works by the late artist Francis Bacon (Atta Kanare/Getty Images via

Terdapat sebuah cerita menarik yang saya dapat ketika tengah bertugas mencari data lapangan di tengah konflik sipil Myanmar–yaitu cerita tentang

Segelintir pertanyaan yang sebetulnya tidak tajam-tajam amat tapi cukup menggelitik untuk dilemparkan, saya hadirkan sebagai pembuka untuk tulisan ringan kali

Ternyata nalar manusia tidak kemana-mana. Sebagai contoh, essay berjudul Civil Disobedience (Ketidakpatuhan Sipil)[1] yang ditulis Henry David Thoreau pada 1849,

“What do you mean by the snail?” “The snail is progress.”“What’s progress?”“Being a little quicker than the snail”(Gunter Grass, From