The Art of Being Snail: Resistensi Gerak Lambat ala Gunter Grass

“What do you mean by the snail?”
“The snail is progress.”
“What’s progress?”
“Being a little quicker than the snail”
(Gunter Grass, From the Diary of a Snail, 1972)

Jika Kecoa adalah binatang paling popular dalam sejarah sastra (sebagai alusi utama dalam metamorphosis Kafka), lalu Babi pemberontak berada pada posisi kedua (ingat Animal Farm karya Orwell), lantas dimana posisi Siput?. Jawabannya: tentu saja di barisan paling belakang!. Uniknya, dalam pengamatan Gunter Grass, Siput memiliki kebanggaan tersendiri atas posisinya–layaknya tiupan seruling di tengah topan badai, atau api lilin yang perlahan menghabiskan malam–Siput memiliki takarannya sendiri yang tidak bisa diperbandingkan.

Sifat alamiah inilah yang kemudian diangkat sang pujangga kenamaan Jerman, Gunter Grass, sebagai simbolisme dalam mengurai pandangan sosial politiknya. Buku berjudul From the Diary of a Snail ditulis Grass pada 1972 adalah autobiografi berbentuk prosa yang kritis nan menggigit. Walaupun tidak sepopuler trilogi Danzig-nya (The Tin Drum, 1959 – Cat and Mouse, 1961 – Dog Years, 1963), alegori Siput yang diangkat Grass dengan tajam menyasar kondisi sosial masyarakat Jerman paska Perang Dunia II, yang dalam pandangan Grass: Accelerated in regression, atau ‘maju dalam kemunduran’. Bersama dengan novel lain, diantaranya The Flounder (1977), The Call of the Toad (1992), My Century (1999), juga rentang karya lain yang mencakup puisi, naskah drama, dan essay-essay non-fiksi, Grass mengukuhkan diri sebagai bagian dari pujangga elit penerima Nobel kesusastraan pada tahun 1999.

Namun, posisi Grass sebagai penerima Nobel–walaupun memiliki daya tarik tersendiri, terkhusus eksplorasinya terkait memori dan refkelsi atas kekuasaan Nazi–bukanlah alasan utama mengapa gagasan Grass diangkat sebagai topik dalam webzine kami kali ini. Alih-alih menyoal penghargaan Nobel, nampaknya lebih asik untuk mengulas tentang Siput, dan bagaimana binatang yang mengalahkan kungkang dalam lomba ‘kesantaian’,–di tangan Grass–menjelma menjadi simbol resistensi politik. Dua sumber utama, yang ditulis oleh Grass sendiri kami jadikan rujukan, yaitu Aus dem Tagebuch einer Schnecke (From the Diary of a Snail) yang diterbitkan kedalam bahasa Inggirs oleh Harcourt Brace Jovanovish, Inc. pada 1973 dan jurnal berjudul serupa, yang diterbitkan Grass pada tahun yang sama pada The American Scholar Vol. 42, No. 2. Dalam autobiografinya, Grass menyatakan ungkapan menggelitik tentang ‘relativitas’ sebuah resistensi politik sebagai berikut:

On my return from Snailville, I struck myself as fast-moving. It lies to the south of Upper Dawdle on the road to Creepy Corners, and along with the townships of Sluggish Falls, Dally-in-the-Woods, and Backlog, it belongs to an election district where the Socialists have been making progress since Bebel but getting ahead only very slowly and relatively.

Tapi Siput dalam prosa/autobiografi Grass bukanlah tipe protagonis yang ‘memegang teguh kebenaran dari awal hingga akhir’. Bahkan dapat dikatakan bahwa ia adalah protagonist sekaligus antagonis dalam ceritanya sendiri. Ia tidak dapat meninggalkan masa lalunya–muasal dari segala permasalah di Snailville. Melalui penggambaran ini, Grass menyandingkan Siput layaknya masyarakat Jerman era 1970an, membebani diri dengan sejarah yang terus mereka pikul tanpa memiliki arti lain selain sentimentalia masa lalu. Beban ini, menjadikan segala bentuk kemajuan–baik konstruksi sosial, gerak politik, hingga gagasan tentang masa depan Jerman–terkerangka dalam cangkang ideologi usang. Siput, dalam gagasan Grass adalah alienasi Jerman dari masa depannya sendiri; kemajuan tanpa makna yang dilakukan dengan “melompati kuburan masal, tapi lalu terjerembab karena tersangkut kaki sendiri”. Terlepas dari konteks masyarakat Jerman yang disasar Grass, frasa ini memiliki ironi tersendiri karena memiliki gema dengan sebuah negeri jauh (ehem ;p) yang juga kerap “terjerembab dan tersangkut kaki sendiri”.

Lalu apa yang bisa dilakukan seekor Siput dalam kondisi inersia politik seperti ini? Melalui bukunya, Grass malah balik bertanya:

“What kind of a snail are you?”
“What kind do you want to be?”
“The kind with a shell or the naked kind?”
“Go on, tell us.”

Masalahnya, Siput tetaplah Siput walau tanpa cangkang. Dan berteriak-teriak tentang kemajuan, tidak akan membuat Siput (apapun jenisnya–baik itu Siput Kebun, Siput Air Tawar, ataupun Siput Air Laut) menjadi lebih cepat dari seekor anak ayam.

Oleh karenanya, Grass memberikan sebuah gagasan, bahwas sebaik-baiknya Siput adalah Siput yang memahami prinsip-prinsip Siput. “Snailwise, we should follow snail principles”, ujar Grass. Ajakan untuk menjadi Siput berprinsip inilah yang kemudian memunculkan kontradiksi: bahwa seni menjadi Siput adalah bagaimana memaknai cangkang–dapat menjadi beban, tapi di saat yang sama adalah suaka. Sikap inilah yang kemudian menjelma menjadi resistensi khas Siput. Dengan berpegang pada prinsip alamiah, gerak lambat adalah kemegahan dalam gegap gempita masyarakat yang kehilangan arah.

Resistensi, yang pada awal 1970an berarti melawan apapun yang menghadang, dikritik habis oleh Grass lewat prinsip Siputnya. Poilitik radikal anti-otoriter yang diartikan secara sempit melalui aksi-aksi mahasiswa dan protes dengan kekerasan, terkadang hanya bentuk romantisme revolusioner yang abai akan konsekuensi friksi sosial yang hadir setelahnya. Selain itu, gerakan macam ini kerap mengusung visi ideal yang monokrom–didalamnya hanya ada kebenaran hitam putih, dan menafikkan warna lainnya.

Siput, yang terlalu lambat (dalam arti harfiah) untuk bergabung di barisan revolusi, memiliki keuntungan tersendiri: ia memiliki waktu yang cukup untuk berpikir ulang dan merefleksikan arah. Ketika semua tergesa-gesa menentang rejim penguasa, Siput berada di jajaran paling belakang–berjalan bersama siapapun yang memilih untuk melambat, diantaranya: para pejuang yang kehabisan tenaga, atau para idealis yang pada akhirnya menyadari bahwa perubahan tidak bisa dilakukan layaknya membalikkan tangan.

Dengan menolak untuk tergesa-gesa (karena bisa saja Siput mengakali binatang lain untuk dijadikan tunggangan seperti dalam dongeng kanak-kanak), Siput melakukan resistensi berlapis: Ia anti-otoriter, namun tidak dengan cara revolusioner, yang ujung-ujungnya melahirkan sikap otoriter hanya dengan ‘kemasan’ yang berbeda (sejarah rasanya tidak kekurangan contoh untuk kasus satu ini). Ia menolak solusi ekstrem dan memilih untuk melakukan refleksi atas berbagai kemungkinan, yang oleh kebanyakan revolusioner dianggap sia-sia.

Penolakan terhadap perubahan tergesa-gesa juga dituangkan dalam catatan harian Siput melalui pernyataan: menjaga jarak aman dengan para revolusioner, walau tidak akan menolak jika diajak menikmati secangkir kopi atau segelas anggur, selama perbincangan mengarah pada simpati anti-otoriter. Namun, ada satu kelompok resistensi lain yang paling ia gemari: yaitu para seniman dan pujangga. Kegemaran sang Siput dalam menikmati karya seni mencerminkan gagasan utama Grass tentang resistensi, yaitu kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dan mempertahankan suara individual. Kedua hal ini, menurut prinsip Siput, adalah cerminan integritas artistik para seniman pembaharu yang memiliki suara lebih lantang daripada bom Molotov di tangan para radikalis. Dan rasa-rasanya, gagasan Grass tentang Siput merupakan esensi dari resiliensi–jalur lambat dengan jejak kaki yang lebih dalam, dan tentunya dengan kritik yang lebih tajam.

It seldom wins and then by the skin of its teeth. It crawls, it goes into hiding but keeps on, putting down its quickly drying track on the historical landscape, on documents and boundary lines, amid building sites and ruins, in drafty doctrinal structures, far from well-situated theories, skirting retreats and silted revolutions.

 

Sumber Gambar: Red Hill and White Shell, Georgia O’Keeffe, 1938

Sumber Bacaan:
Grass, G. 1972. Aus dem Tagebuch einer Schnecke (terj. From the Diary of a Snail, 1973). Harcourt Brace Jovanovish, Inc.
Grass, G. 1973. Diary of a Snail. The American Scholar Vol. 42, No. 2: 254-261

Share on:

Leave a Comment