“We may best start with the beginning of things,
and examine some of the myths of origin”
– Myth of Origin, Bronislaw Malinoski
Vincebus Eruptum merupakan album studio pertama yang diproduksi tiga pemabuk ulung asal San Francisco – Dickie Peterson, Leigh Stephens dan Paul Whaley – yang tergabung dalam Blue Cheer. Melalui album debutnya tersebut, Blue Cheer menyita perhatian karena kekurangajaran mereka yang memperlakukan blues dengan begitu kasar. Mereka seakan tidak peduli pada norma era 60-an dimana kesempurnaan musik adalah segalanya, alhasil: Vincebus Eruptum disajikan mentah – berbeda dari kematangan blues rock yang didefinisikan Cream atau standarisasi kejeniusan nada Hendrix – tapi karena kementahannya itulah Blue Cheer menjadi begitu segar, a new flavor of [acid] rock (dan tentu saja istilah kebaruan berlaku sesuai konteks jaman).
Blue Cheer dalam Vincebus Eruptum, sebetulnya tidak terlalu jauh melompat keluar dari jalur musik yang ada pada saat itu. Blues tetap menjadi landasan dalam musik mereka, begitu pula pengaruh rockabilly yang ditemukan dalam Summertime Blues milik Eddie Cochran. Namun hampir semua lagu yang sampai di tangan mereka harus pasrah menghadapi nasib yang sama – tunduk pada otoritas distorsi kasar Leigh Stephens. Rock Me Baby karya B.B King pun mengalami nasib serupa, setelah disuguhi intro yang nampaknya baik-baik saja, masuklah vokal Peterson yang mengakhiri ekspektasi apapun tentang lagu blues standar. Setelah puas “merusak” rockabilly dan blues, pada lagu kelima mereka menyuguhkan Parchment Farm sebuah fusi jazz-blues karya Mose Allison, yang lagi-lagi mereka ubah menjadi rangkaian distorsi dengan hentakkan berapi-api. Tiga lagu lainnya yang tidak kalah kasar – Doctor Please, Out of Focus, dan Second Time Around – hampir seluruhnya digubah oleh Peterson dalam rentang waktu yang bervariatif, dari 20 tahun sampai 10 menit. Yang menjadi kesamaan adalah, menurut Peterson, keseluruhan lagunya merupakan ‘glorification of drugs’ – wajar jika waktu menjadi begitu relatif.
Diluar kelahiran Vincebus Eruptum yang abnormal (karena terlalu banyak melibatkan LSD sehingga memasukkannya pada golongan acid rock), Blue Cheer ternyata membawa sentuhan ajaib pada dunia musik saat itu. Musik kasar ala Blue Cheer kemudian dinobatkan sebagai salah satu pengaruh awal Heavy Metal dan disejajarkan dengan para pioneer Heavy Metal lain dari seberang atlantik, Black Sabbath. Bahkan permainan mentahnya yang hampir serupa dengan The Stooges, memberinya tempat tersendiri dalam jajaran band proto-punk.
Pasca Vincebus Eruptum, Blue Cheer mengeluarkan sembilan album studio lainnya dan karena perubahan personil yang kerap terjadi, menjadikan setiap albumnya memiliki atmosfer yang berubah-ubah – perubahan ini kemudian secara aneh menempatkan mereka dalam kategori eksperimental rock. Namun, terlepas dari genre yang disandingkan dengan musiknya, tidak dapat disangkal bahwa Blue Cheer, terutama melalui Vincebus Eruptum, memiliki pengaruh yang kuat. Kementahan [kasar] yang diusung didalamnya merupakan sebuah ekspresi kejujuran yang menjadikan Vincebus Eruptum sebagai album terbaik Blue Cheer, bahkan salah satu album terbaik heavy metal yang pernah ada. Sebuah erupsi yang sangat layak dinikmati – Cheers!
kontak via editor@antimateri.com
wah, untuk kali ini dengan berat hati saya akhirnya menyatakan setuju. sebuah album jenius, tidak pernah mendengar musik disajikan dengan begitu kasar, vulgar, jelek, dan anehnya saya menyukainya..
tumben 😀