Kopi dan Wiski

:tentang teori – yang [bisa saja] muncul
diantara dua tegukan wiski

Aku bikinin kopi yah
Ga usah.

Kok ga usah, ga suka kopi yah, mulai sekarang kamu harus minum kopi.
Lho, kok maksa gitu.

Soalnya semua orang intelek minumnya kopi.
Halah, ngarang.

Eh ga percaya, kamu tahu kalo Rosseau nulis social contract gara-gara kopi.
Bukan gara-gara kopi, tapi di warung kopi.

Sama aja, coba kalo di warung teh, ga bakal ada semangat menentang absolutisme monarki.
Ah, kamu ngawur lagi, ga ada hubungannya tuh.

Ada, orang inggris pecandu teh, makanya monarki tetep tegak disana
Orang yogya juga dong?

Orang yogya beda, ngeteh mereka itu ritual, bukan candu.
Jadi?

Jadi ya teorinya lain, bukan pake teori barat.
Hahaha jadi menurut kamu apa yang diminum orang itu menentukan ide nya?

Teorinya begitu.
Kalo yang suka coklat?

Kalo ada orang nulis sambil minum coklat tulisannya mengusung teori modernitas atau semua hal yang berbau kapitalist.
Ihh sok tahu kamu. Mana ada teori kaya gitu?

Memang belum ada, karena teori tersebut menolak dibilang teori, ketika ada yang memperkuat, teori itu akan mengkritik, bahkan membunuh dirinya sendiri.
Itu artinya teorinya teori kacangan

Teorinya memang tidak bisa diakui secara positivistik, tapi ada pembenaran logisnya.
Apa coba pembenaran logisnya? coba aku denger.

Mitos.
Mitos? Mitos kan ga logis.

Kata siapa, mitos itu pengakuan dari generasi ke generasi, validitasnya tidak diragukan.
Tapikan mitos bisa salah, jadi sesat nanti orang-orang.

Kalo sesatnya berjamaah ga jadi sesat kok.
Lah, jadinya bukan pencerahan dong, yang ada masa kegelapan balik lagi kalo gitu.

Makanya minum kopi, biar gelap tapi tidak sesat.
Ga mau ah, nanti aku ngawur kaya kamu.

Lho! Siapa yang bilang aku habis minum kopi, kopi itu buat kamu, aku wiski ini saja.

Share on:

4 thoughts on “Kopi dan Wiski”

Leave a Comment