Goth-Punk dan Romantisme Kelam Bauhaus

Bela Lugosi, sang legenda Drakula, mungkin akan tersenyum dalam kubur ketika 23 tahun setelah kematiannya, Bauhaus, band gothic pengusung musik goth-punk asal Inggris mempopulerkan lagu berjudul “Bela Lugosi is Dead”. Lagu ini lantas dinobatkan sebagai lagu yang mengawali kelahiran subkultur goth-punk di Inggris, juga (pada akhirnya) di seluruh dunia. Sehingga pada tahun 1979, dunia hitam rock – yang dilahirkan lewat rahim evil woman dalam album pertama Black Sabbath – muncul kembali dalam bentuk persilangan antara art-rock, punk dan kegelapan mistikal ala Bram Stroker: mereka menamakan dirinya Bauhaus.

Bauhaus terdiri dari empat musisi asal Northampton, Inggris – Peter Murphy, Daniel Ash, Kevin Haskin, dan David J – yang menyadari bahwa selalu ada magnet di balik kegelapan, bisa jadi karena misteri atau (candu) rasa takut yang menggoda setiap orang untuk melangkah masuk kedalamnya. Dan efek inilah yang mereka gunakan sebagai persona baik dalam konsep musik ataupun dalam penampilan panggungnya – yang tidak disangka-sangka melejitkan single debut mereka, “Bela Lugosi is Dead”, menjadi salah satu popular airplay di radio BBC tahun 1979. Pada mulanya, aura kelam Bauhaus seringkali disandingkan dengan eksplorasi gelap Joy Division – dan secara kebetulan kedua band tersebut mengakui pengaruh kuat Bowie dalam musiknya, bahkan Bauhaus membawakan ulang Ziggy Stardust dalam versi goth-punk yang tentu saja lebih gelap dari versi aslinya. Namun, berbeda dengan Joy Division yang mengadopsi sisi “chaos” dari pahlawannya tersebut, Bauhaus mengadopsi sisi yang lebih artistik, yaitu seni teatrikal rock – dengan mengadopsi karakter kelam, jadilah setiap pertunjukkannya mirip serial TV tengah malam, ketegangan artifisial yang selalu ditunggu kemunculannya.

Selain art-rock, Bauhaus juga memiliki akar punk yang sangat kentara. Permainan datar (namun menenggelamkan) gitaris Daniel Ash dan basis David J, menjadikan beberapa lagu Bauhaus – Dark Entries, Telegram Sam, Passion of Lover, In Fear of Fear – masuk diantara jajaran lagu punk terbaik. Sedangkan romantisme gothic dapat terlihat jelas dalam lirik yang kerap ditulis Murphy. Entah mungkin karena ia keranjingan literatur dan film-film horror – salah satu penulis favoritnya adalah Edgar Allan Poe – maka tema-tema seperti kematian, vampir, kelelawar dan kegelapan abadi, muncul bagai mimpi yang tertangkap foto sinar-X. Murphy kemudian menyanyikannya dengan penghayatan seorang pendeta bawah tanah yang selalu diburu pasukan Romawi. Selain akar punk, Bauhaus yang lahir bersamaan dengan maraknya gairah eksperimen musik (post-punk) saat itu, juga mengapresiasi berbagai nada yang dihasilkan synthesizer – sehingga “kenakalan” musik Brian Eno, Suicide, Pere Ubu bahkan pengaruh Krautrock, ikut terasa didalamnya. Sisi inilah yang membuat Bauhaus begitu menarik, mereka membuat campuran pas dari berbagai pengaruh musik kemudian memberinya warna hitam yang pekat – sehingga Bauhaus dapat keluar dari akarnya dan memunculkan sebuah subkultur baru: Goth-punk.

Subkultur goth-punk – atau goth-rock/deathrock dalam lingkup yang lebih luas – berdiri dalam sebuah falsafah romantisme gothic yang menentang penggunaan rasionalitas berlebihan dengan memberikan perhatian lebih pada sisi emosional yang seringkali ditutup-tutupi. Gerakan ini muncul pada abad pertengahan, sehingga subkultur gothic selalu menyandingkan diri dengan simbol masa tersebut. Dari falsafah romantisme kelam inilah Bauhaus mengambil konsep bagi musik dan liriknya. Kekuatan konsep tersebut kemudian memberikan tempat bagi Bauhaus sebagai band awal pengusung aliran goth-punk dan menjadi panutan bagi generasi selanjutnya. Sehingga walaupun perjalanan band ini begitu singkat – dibentuk pada tahun 1979 dan berakhir pada tahun 1983 – namanya tetap bergaung, bahkan memberi pengaruh pada band setelahnya mulai dari the Misfit hingga Marylin Manson dan Nine Inch Nail. Namun, di balik semua konseptualisasi gothic Bauhaus, terdapat satu nama yang memiliki peran besar dalam perjalanan karir mereka – yaitu Bela Lugosi, sang Drakula yang menjadi simbol gerakan subkultur goth-punk hingga kini.

Share on:

2 thoughts on “Goth-Punk dan Romantisme Kelam Bauhaus”

Leave a Comment